Pada mulanya, para ahli kimia mengajukan hipotesa
bahwa sintesa terpenoid in vivo dalam jaringan organism melibatkan secara
langsung senyawa isoprene. Hipotesa ini didukung oleh penemuan bahwa (+) atau
(-) limonene dan (+) – limonene (disebut juga dipenten) pada pirolisa dapat
menghasilkan isoprene. Begitu pula dua unit isoprene pada pemanasan dapat
menghasilkan dipenten melalui reakasi Diels-Alder. Terpenoid merupakan derivat dehidrogenasi dan
oksigenasi dari senyawa terpen. Terpen merupakan suatu golongan hidrokarbon
yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan sebagian kelompok hewan. Rumus molekul
terpen adalah (C5H8)n.
Terpenoid disebut juga dengan isoprenoid. Hal ini
disebabkan karena kerangka karbonnya sama seperti senyawa isopren. Secara
struktur kimia terenoid merupakan penggabungan dari unit isoprena, dapat berupa
rantai terbuka atau siklik, dapat mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil,
karbonil atau gugus fungsi lainnya.
Cara mengisolasi terpenoid
Ekstraksi
senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Melalui sokletasi. Sokletasi dilakukan dengan melakukan disokletasi padaserbuk kering yang akan
diuji dengan 5L n-hexana. Ekstrak n-hexana dipekatkan
lalu disabunkan dalam 50 mL
KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diujifitokimia dan uji
aktifitas bakteri.
2. Dengan
teknik maserasi . Maserasi menggunakan pelarut methanol. Ekstrak methanol dipekatkan lalu
lalu dihidriolisis dalam 100 mL HCl4 M.hasil hidrolisis diekstraksi dengan 5 x
50 mL n-heksana.
Ekstrak n-heksanadipekatkan lalu disabunkan dalam 10 mL KOH 10%. Ekstrak
n-heksanadikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas bakteri. Uji aaktivitas
bakteridilakukan dengan pembiakan bakteri
dengan menggunakan jarum ose yangdilakukan secara aseptis. Lalu dimasukkan ke
dalam tabung yang berisi 2mLMeller-Hinton broth kemudian diinkubasi bakteri
homogen selama 24 jam padasuhu 35°C. Suspensi baketri homogeni
yang telah diinkubasi siap dioleskan pada permukaan media Mueller-Hinton agar secara
merata dengan menggunakan lidikapas yang steril. Kemudian tempelkan disk yang
berisi sampel, standartetrasiklin serta pelarutnya yang digunakan sebagai
kontrol. Lalu diinkubasiselama 24 jam pada suhu 35°C. dilakukan pengukuran daya
hambat zat terhadap bakteri.
Uji fitokimia dapat dilakukan
dengan menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard. Perekasi Lebermann-Burchard
merupakan campuran antara asam setatanhidrat dan asam sulfat pekat. Alasan
digunakannya asam asetat anhidrat adalahuntuk membentuk turunan asetil dari
steroid yang akan membentuk turunan asetildidalam kloroform setelah. Alasan
penggunaan kloroform adalah karena golongansenyawa ini paling larut baik
didalam pelarut ini dan yang paling prinsipil adalahtidak mengandung molekul
air. Jika dalam larutan uji terdapat molekul air makaasam asetat anhidrat akan
berubah menjadi asam asetat sebelum reaksi berjalandan turunan asetil tidak
akan terbentuk.
Penentuan Struktur Terpenoid
Terpenoid
merupakan bentuk senyawa dengan keragaman struktur yang besar dalam produk
alami yang diturunkan dari unit isoprena
(C5) yang bergandengan dalam model kepala ke ekor (head-to-tail), sedangkan
unit isoprena diturunkan dari metabolisme asam asetat oleh jalur asam mevalonat (mevalonic acid :
MVA). Adapun reaksinya adalah sebagai berikut (Anonim, 2006). Senyawa
ini memiliki
gugus
hidroksi pada atom C21 dengan titik lelehnya 265_-266_C, dan
dari berat molekul 440, rumus molekul yang diduga adalah C30H48O2.
Berdasarkan klasifikasi terpenoid, sebagian besar terpenoid
mengandung atom karbon yang jumlahnya merupakan kelipatan lima. Penyelidikan
kimia selanjutnya menunjukkan bahwa sebagian besar terpenoid mempunyai kerangka
karbon yang dibangun oleh dua atau lebih unit C-5 ini dinamakan karena kerangka
karbonnya sama seperti isopren.
Penyelidikan yang lebih seksama lagi mengenai struktur
molekul terpenoid telah mengungkapkan bagaimana unit-unit isoprene tersebut
saling berkaitan secara teratur, dimana “kepala” dari unit yang satu berkaitan
dengan “ekor” dari unit lain. Cara penggabungan “kepala ke ekor” dari unit-unit
isoprene dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Pada
gambar diatas dapat dijelaskan bahwa kaidah ini merupakan cirri khas dari
sebagian besar terpenoid sehingga dapat digunakan sebagai hipotesa dalam
menentukan struktur terpenoid. Tetapi pada beberapa monoterpen tidak mengikuti
kaidah isoprene.
Sebagian
besar terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau lebih
unit C-5 yang disebut isopren. Klasifikasi terpenoid ditentukan dari unit
isopren atau unit C-5 penyusun senyawa tersebut. Senyawa umum biosintesa
terpenoid dengan terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:
1.
Pembentukan isoprene aktif berasal
dari asam asetat melalui asam mevalonat.
2.
Penggabungan senyawa dan ekor dua
unit isopren akan membentuk mono-, seskui-, di-, sester-, dan poli-terpenoid.
3.
Pengabungan ekor dan ekor dari unit
C15 atau C20 menghasilkan terpenoid atau steroid.
Senyawa terpenoid dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Nama
|
Rumus
|
Sumber
|
Monoterpen
|
C10H16
|
Minyak Atsiri
|
Seskuiterpen
|
C15H24
|
Minyak Atsiri
|
Diterpen
|
C20H32
|
Resin Pinus
|
Triterpen
|
C30H48
|
Saponin, Damar
|
Tetraterpen
|
C40H64
|
Pigmen, Karoten
|
Politerpen
|
(C5H8)n
n 8
|
Karet Alam
|
Biosintesis dari Senyawa Terpenoid
Secara umum biosintesa dari
terpenoid dengan terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:
1.
Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam
asetat melalui asam mevalonat.
2.
Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene
akan membentuk mono-, seskui-, di-. sester-, dan poli-terpenoid.
3.
Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau
C-20 menghasilkan triterpenoid dan steroid.
Mekanisme dari tahap-tahap reaksi
biosintesis terpenoid adalah asam asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A
melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam asetoasetat.
Senyawa
yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol
menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevalinat,
reaksi-reaksi berikutnya adalah fosforialsi, eliminasi asam fosfat dan
dekarboksilasimenghasilkan isopentenil
(IPP) yang selanjutnya berisomerisasi menjadi dimetil alil piropospat (DMAPP)
oleh enzim isomeriasi. IPP sebagai unti isoprene aktif bergabung secara kepala
ke ekor dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari
polimerisasi isoprene untuk menghasilkan terpenoid.
Penggabungan
ini terjadi karena serangan electron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom
karbon dari DMAPP yang kekurangan electron diikuti oleh penyingkiran ion
pirofosfat yang menghasilkan geranil.pirofosfat (GPP) yaitu senyawa antara bagi
semua senyawa monoterpenoid.
Penggabungan
selanjutnya antara satu unti IPP dan GPP dengan menaisme yang sama menghasilkan
Farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawa antara bagi semua senyawa
seskuiterpenoid. Senyawa diterpenoid diturunkan dari Geranil-Geranil Pirofosfat
(GGPP) yang berasal dari kondensasi antara satu unti IPP dan GPP dengan
mekanisme yang sama. Mekanisme biosintesa senyawa terpenoid adalah sebagai
berikut: